Sabtu, 09 Februari 2019

Pendidikan sepanjang hayat, dan Pendidikan pranatal menurut perspektif Al Qur'an


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Manusia tidak mampu menciptakan dirinya sendiri, beradanya manusia di Dunia ini bukan pula hasil evolusi tanpa penciptaan sebagaimana yang diyakini oleh penganut Evolusionisme, melainkan sebagai cipataan Tuhan yang maha esa. Yang memberikan manusia akal dan pikiran sehingga dalam hidupnya manusia mempunyai Eksistensi di Dunia, artinya secara aktif manusia “mengadakan”dirinya, tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya sebagai mana Tuhan menciptakan manusia, melainkan manusia harus bertanggung jawab atas keberadaannya sendiri dari sejak dia lahir sampai dia meninggal. Ia harus bertanggung jawab dan mempunyai sebuah tujuan hidup mau apa atau menjadi apa kelak. Maka dari itu manusia memerlukan sebuah proses untuk mencapai tujuanya dengan sebuah media yang disebutpendidikan.
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran, bimbingan, latiahan yang berupaya menggali dan mengembangkan potensi yang ada seperti kecerdasan intelektual maupun kecerdasaan spiritual agar setiap tindakannya dilandasi ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Dengan pendidikan manusia bisa lebih bijaksana bagaimana dia menjalani hidupnya sebagai makhluk yang mempunyai budi pekerti yang luhur, yang bersosialisasi dengan sesamanya. Pendidikan memberikan “Ilmu” pada manusia yang dimana ilmu tersebut akan menjadi penerang hidup dan dapat mengangkat derajat manusia bila ia mampu memenfaatkan ilmu yang ia dapatkan dengan sebaik-baiknya.
Didalam agama Islam pendidikan sangatlah penting keberadaanya karena islam dari awal kemuculannya memberikan konstribusi besar terhadap peradaban dunia dengan sisi kesederhanaan, toleransi, dan ilmu pengetahuannya. Maka dari itu setiap umat islam haruslah menjungjung tinggi nilai-nilai keislaman dan wajib atasnya untuk menutut ilmu yang berguna sepanjang hayatnya.  Sebagaimana Rasulullah bersabda :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ         
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Pada dasarnya manusia dilahirkan kealam dunia ini dalam keadaan fitrah atau suci sesuai dengan hadist Rasululullah Saw, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Sejak anak dilahirkan ke alam dunia ini sesungguhnya adalah awal manusia mulai belajar, karena di dalam Islam dikatakan bahwa manusia itu belajar sejak ia dilahirkan sampai ia masuk kedalam liang lahat.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Pengertian pendidikan  sepanjang hayat ?
2. Apa saja karakteristik dan faktor faktor yang  mendorong perlunya   
     pendidikan sepanjang hayat ?
3. Bagaimana pendidikan pranatal dalam perspektif islam menurut al quran      
    dan hadist ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian pendidikan  sepanjang hayat
2. Untuk Mengetahui apa saja karakteristik dan faktor faktor yang  mendorong
    perlunya pendidikan sepanjang hayat
3. Untuk Mengetaui Bagaimana pendidikan pranatal dalam perspektif islam
     menurut al quran dan hadist ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
Pendidikan Sepanjang Hayat/Seumur Hidup (PSH) adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.[1]Pendidikan sepanjang hayat memandang jauh kedepan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar.Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern.Manusia harus lebih bisa menyesuaikan dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah.Sistem sekolah tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan keehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Kebutuhan manusia yang sangat meningkat itulah yang memberikan pengaruh besar terhadap masalah-masalah pendidikan dan proses pendidikan akan terus berjalan sejalan dengan semua kebutuhan manusia yang semakin meningkat tersebut.

B. KARAKTERISTIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PERLUNYA PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
1.      Karakteristik
a.       Hidup, seumur hidup,dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang menentukan lingkup dan makna pendidikan sepanjang hayat.
b.      Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup.
c.       Pendidikan sepanjang hayat tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi mencangkup dan memadukan semua tahap pendidikan baik itu pendidikan dasar, menengah, dan sebagainya.
d.      Pendidikan sepanjang hayat mencangkup pola-pola pendidikan formal maupun pola-pola pendidikan non formal, baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun kegiatan-kegiatan belajar insedental.
e.       Rumah/keluarga memainkan peran pertama, peranan yang paling halus dan sangat penting dalam memulai proses belajar seumur hidup.
f.       Masyarakat juga memainkan peranan penting dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Mulai sejak anak-anak mulai berinteraksi dengan masyarakat, dan terus berlanjut fungsi edukatifnyadalam keseluruhan hidup, baik dalam bidang profesional maupun umum.
g.      Lembaga-lembaga seperti sekolah, universitas dan pusat latihan tentu memiliki peranan yang penting, tetapi itu hanya sebuah bentuk dari pendidikan sepanjang hayat.
h.      Pendidikan seumur hidup menghendaki keberlanjutan atau kebersambungannya dimensi-dimensi vertikal atau longitudinal pendidikan.
i.        Pendidikan seumur hidup juga menghendaki pendidikan dari setiap tahap hidup sehingga menjadikannya bersifat sebagai pendidikan yang universal tidak bersifat elitis.
j.        Pendidikan sepanjang hayat memiliki dua komponen besar, yaitu pendidikan profesional dan pendidikan umum. Kedua komponen tersebut tidaklah dapat dipisahkan antara satu dan yang lainya, karena saling berhubungan dan dengan sendirinya bersifat interaktif.
k.      Pendidikan seumur hidup mengandung fungsi-fungsi adaptif dan inovatif dari individu dan masyarakat.
2.      Tujuan akhir pendidikan seumur hidup adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup.
a.       Ada tiga syarat utama bagi pendidikan seumur hidup yaitu: kesempatan, motivasi dan edukabilitas.
b.      Pendidikan seumur hidup membolehkan adanya pola-pola dan bentuk-bentuk alternatif dalam memperoleh pendidikan.
c.       Pada tingkat operasional, pendidikan seumur hidup membentuk sebuah sistem keseluruhan dari semua pendidikan.

3.      Perlunya Pendidikan Sepanjang Hayat
a.       Keterbatasan Kemampuan Pendidikan Sekolah
Pendidikan sekolah ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat. Terlihat anatara lain dalam :
a.       Banyak lulusan yang tidak dapat diserap dalam dunia kerja. Yang anatara lain karena mutunya yang rendah.
b.      Daya serap yang rata-rata lulusan sekoah yang masih rendah, karena pelajar tidak dapat belajar optimal.
c.       Pelaksanaan pendidikan sekolah tidak efisien sehingga terjadi penghamburan pendidikan, yang terlihat dari adanya putus sekolah dan adanya siswa yang mengulang.
Sehingga pendidikan sekolah saja tidaklah cukup maka diperlukan adanya pendidikan diluar sekolah.
1.      Perubahan Masyrakat dan Peranan Sosial
Globalisasi dan pembangunan mengakibatkan perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat dan ikut mempengaruhi aspek-aspek sosial yang ada.Pendidikan dituntut untuk dapat membantu individu agar selalu dapat mengikuti, mengontrol, selektif terhadap perubahan-perubahan sosial yang terjadi sepanjang hidupnya.
2.      Pengunaan Sumber daya yang Masih Belum Optimal
Salah satu masalah pendidikan kita dewasa ini adalah kelangkaan sumber yang mendukung pelaksanaan pendidikan. Hal yang perlu dilakukan adalah:
a.       Penghematan dan optimalisasi dalam penggunaan sumber yang telah tersedia bagi pendidikan.
b.      Perlunya penggalian sumber-sumber yang baru yang masih terpendam dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan untuk memperlancar dan meningkatkat proses pendidikan.
C.    PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM ISLAM
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi semua orang (education for all), baik itu laki-laki maupun perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat (long life education). Rasulullah SAW bersabda:
أُطْلُبُوْا العِلْم مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَحْدِ
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat” 
Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life education” atau pendidikan seumur hidup.Kehidupan di dunia ini rupanya tidak sepi dari kegiatan belajar,sejak mulai lahir sampai hidup ini berakhir.Dalam islam pendidikan telah memiliki rumusan yang  jelas baik itu dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana, dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan surat Al-Alaq. Didalam Al-Qur’an dapat dijumpai berbagai metode pendidikan seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, nasihat, demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wiasata dan lain sebagainya.[2]
 Beberapa metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak membosankan anak didik.Ciri khas dari Pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal istirahat, melainkan berlangsung terus menerus secara terpadu, antara pendidikan sebelum pendidikan, dengan pendidikan sekolah, dan pendidikan setelah sekolah (termasuk pendidikan orang dewasa). Begitu pula dalam islam rencana dalam bidang pendidikan pemikiran manusia telah diatur dalam Al-Qur’an seperti siapa manusiadari mana manusia, dan mau kemanamanusia dan serta harus bagaimana manusia harus hidup didunia ini.[3] Pertanyaaan itulah yang membantu manusia sebagai pelaku pendidikan yang harus terus mencari arah dan tujuannya sebagai manusia dengan terus belajar sepanjang hayatnya.
Pendidikan sepanjang hayat dalam islam yang lebih utama ialah menuntut ilmu. Rasulullah bersabada: “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga keliang lahat.” Dari Hadist tersebut terlihat jelas bahwa menuntut ilmu adalah sebuah keharusan yang harus dituntut setiap individu sepanjang hayatnyadari sejak ia dalam buaian hingga ia meninggal. Baik itu laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua sekalipun proses menuntut ilmu akan terus berlangsung dalam kehidupan manusia.
D.    ILMU, SOSIAL DAN BUDAYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam pendidikan adalah dua hal yang sangat berpengaruh besar kepada pelakunya, begitu pula dalam ajaran islam ilmu dan kebudayaan satu sama lain saling mempengaruhi terhadap pendidikan islam. Karakteristik ajaran islam terhadap ilmu pengatahuan dan kebudayaan bersifat terbuka, akomodatif, dan selektif. Terbuka dan akomodatif dalam hal ini islam menerima berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan itu islam juga selektif, yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu penegetahuan dan kebudayaan, melainkan islam memilih dan menerima ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan islam itu sendiri. Sekalipun kita yakini islam itu bukan Timur dan bukan Barat,[4] ini tidak berarti kita harus menutup diri dari keduanya. Bagaimanapun, islam adalah sebuah paradigma yang terbuka. Ia merupakan mata rantai peradaban dunia yang mewarisi peradaban Yunani-Roma di Barat dan peradaban-peradaban Persia, India, dan Cina di Timur.
Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung dan sebagainya.Islam memandang menuntut ilmu sama dengan Jihad dijalan Allah. Dengan ilmu penetahuan manusia dapat meningkatkan kualitas dirinya untuk meraih berbagai peluang dan kesempatan yang ada. Hal demikian dilakukan islam, karena menurut sejarah pada saat islam datang ditanah Arab, masalah ilmu pengetahuan milik kaum elit tertentu yang tidak boleh dibocorkan kepada masyarakat umum. Hal demikian dilakukan agar masyarakat menjadi bodoh dan gamapang untuk dijajah, diperbudak dan disimpangkan keyakinanannya serta diadu domba. Disinilah pendidikan di butuhkan sebagai pemutus hal tersebut dan memajukan kaum muslim sebagai manusia yang berkualitas sepanjang hayatnya.
Ajaran islam dan ilmu sosial sangat erat kaitannya sebagai suatu media pendidikan. Meskipun dasarnya pendidikan itu dimulai dari keluarga, sekolah atau kemudian di tingakat universitas, tetapi jika dicermati secara lebih dalam ternyata pendidikan yang berlangsung secara terus menerus itu terjadi dilingkungan masyarakat yang lebih mempengaruhi kehidupan manusia dengan mengutamakan peranan sosial didalamnya. Manusia akan cendrung mengikuti perubahan zaman dan menyesuaikannya sebisa mungkin sehingga pendidikan sosial sangat penting sebagai pengontrol hidupnya dimasyarakat. Sosiologi dan pendidikan keduanya mempunyai peranan penting sebagai alat seorang individu untuk bisa bersosialisasi karena dengan sosiologi pendidikan mampu memandang dari sudut struktur sosial masyarakat yang merupakan tempat yang paling berpengaruh berlangsungnya pendidikan sepanjang hayat.
Peranan sosial yang ada didalam masyrakat diharapkan dapat mendorong dan memelihara kehidupan serta kemajuan yang ada didalam masyrakat itu sendiri karena pada umumnya dewasa ini memandang bahwa tujuan pendidikan dimasyarakat pada akhirnya lebih bersifat sosialistis bukan individualistis.[5]
Dalam ajaran Islam bidang sosial merupakan bidang yang menonjol karena seluruh ajaran islam atau ilmu pengetahuan yang dipelajari pada akhirnya ditunjukan untuk kesejahteraan manusia. Dengan bersosialisasi maka hasil dari pendidikan sangat mudah untuk diaplikasikan dimana seorang manusia dapat saling tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetia kawanan, tenggang rasa, dan kebersamaan.
Menurut penelitian, dalam ajaran Islam ternyata urusan muamalah lebih besar daripada urusan ibadah.Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual. Aspek sosial inilah yang kemudian akan banyak menuntut seorang pelaku pendidikan untuk merubah pandangan sosial yang dewasa ini sedang mengalami kemandekan dalam memecahkan berbagai masalah yang ada dimasyarakat khususnya dalam bidang pendidikan.
Dalam memecahkan masalah sosial masyarakat membutuhkan ilmu sosial yang tidak hanya berhenti pada penjelasan fenomena sosial saja, tetapi dapat menyelesaikannya dengan keseluruhan dan memuaskan. Menurut Kuntowijoyo, ilmu sosial yang paling tepat ialah ilmu sosial Profetik.[6]Yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberi petunjuk kearah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa. Ilmu sosial profetik mampu mengubah fenomena sosial berdasrkan cita-cita etik dan profetik tertentu.

E. PENDIDIKAN  PRA NATAL DALAM PERSPEKTIF QUR’AN & HADITS
   1. Pengertian pendidikan pranatal
Pendidikan prenatal adalah salah satu upaya persiapan pendidikan yang dimulai ketika seseorang memilih pasangan hidupnya sampai pada saat setelah terjadinya pembuahan dalam rahim sang ibu.Tiga konsep besar dalam pendidikan prenatal perlu dipahami dan dilakukan. Konsep pendidikan prenatal meliputi pra pernikahan, menikah, kehamilan. Lebih spesifikasi lagi, pendidikan prenatal menekankan dalam pemilihan jodoh, menikah, perencanaan kehamilan, serta paska melahirkan. Esensinya, sebuah pernikahan tidak hanya berbicara tentang seks atau perubahan status sosial saja. Lebih dari itu, penciptaan keluarga kecil bahagia sejahtera sangat penting untuk diperhatikan.
 2. Apakah janin dalam kandungan bisa menerima pendidikan?
Berdasarkan penulusuran dari Kitab suci Al-Qur’an dan kumpulan Hadits Rasulullah maka ditemukan beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis yang membahas tentang pendidikan dalam kandungan, antara lain: surat Al-A`raf: 172, yang berbunyi:

وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِيٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَٰذَا غَٰفِلِينَ ١٧٢ 
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nyawa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (KeEsaan Tuhan)".(QS. Al-A`raf: 172).
Inilah dalil Al-Qur`an yang menunjukkan bahwa anak pranatal sudah siap dididik. Karena, ia sendiri sudah hidup berkat nyawa yang memberi kehidupan kepadanya. Nyawa (ruh?) itulah yang sesungguhnya responsif, dengan mengikutsertakan janin yang ditempatinya, terhadap segala rangsangan dari lingkungannya lebih-lebih terhadap rangsangan-rangsangan yang disusun secara sistematik peadagogis yang dengan sengaja ditujukan kepadanya.
Setelah manusia diciptakan oleh Allah, maka tentunya Allah menciptakan manusia itu untuk mengabdi kepada-Nya. Untuk itu Ia memerintahkan supaya manusia itu beribadat kepada-Nya.
Agar seorang anak menjadi taat beribadah dan menjalankan segala perintah Allah, maka pendidikan agama dalam keluarga bagi anak prenatal menjadi sangat urgens. Hal ini amat penting diperhatikan, karena pendidikan agama bagi anak prenatal akan mendasari pendidikan agama anak itu setelah lahir.
Perkembangan manusia sejak dalam kandungan sesungguhnya dalam Al-Qur`an sangatlah diperhatikan. Mulai perkembangan sejak janin (embrio) dalam perut ibunya, perkembangan setelah kelahiran (pasca natal), dan perkembangan indra anak.
Dalam Al-Qur`an surat Al-Mu`minun: 12-14, dijelaskan sebagai berikut:

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن طِينٖ ١٢ ( ثُمَّ جَعَلۡنَٰهُ نُطۡفَةٗ فِي قَرَارٖ مَّكِينٖ ١٣  (  ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ عَلَقَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ مُضۡغَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ عِظَٰمٗا فَكَسَوۡنَا ٱلۡعِظَٰمَ لَحۡمٗا ثُمَّ أَنشَأۡنَٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ ١٤(

Artinya:  "Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Sesungguhnya Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang Paling Baik". (QS. Al-Mukminun : 40).
Dalam ayat tersebut di atas, Al-Qur`an secara rinci mengemukakan berbagai fase perkembangan janin dalam rahim, sejak permulaan kehamilan ketika salah satu sel sperma yang membuahi ovum sang ibu yang telah matang. Dan pembuahan itu terbentuklah apa yang disebut dengan benih, atau apa yang oleh Al-Qur`an disebut "nutfah" (air mani). Kemudian ovum yang  telah dibuahi menjadi banyak dengan cara pembelahan. Jumlah sel-selnya pun semakin bertambah. Namun pada dua minggu pertama, perubahan yang terjadi belum begitu terasa. Pada ketika itulah terbentuk apa yang oleh Al-Qur`an disebut sebagai "alaqah" (segumpal darah) (Notowidagdo, 1991 : 32). Sedangkan dalam (QS. Az-Zumar/39 : 6) disebutkan juga sebagai berikut : "…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan …" (QS. Az-Zumar/39 : 6).
Menurut para ahli tafsir klasik, tiga kegelapan yang dikemukakan Al-Qur`an di atas, ialah kegelapan perut, kegelapan rahim, kegelapan plasenta. Sedangkan menurut tafsir-tafsir modern, maksud tegas kegelapan tersebut ialah : ovarium, tuba fallopi, dan rahim.
Dari uraian fase perkembangan yang dikemukakan Al-Qur’an di atas, menunjukkan betapa Islam memperhatikan mengenai urgensi pendidikan prenatal. Sebab, sebagian besar proses pertumbuhan janin tersebut sangat bergantung pada kondisi internal sang ibu, yaitu kondisi fisik dan psikhisnya. Ibu dan janin/bakal anak itu merupakan satu unitas organics yang tunggal. Semua kebutuhan dari ibu dan bakal anak, dicukupi melalui proses fisiologis yang sama. Substansi fisi dari ibu mengalir pula ke dalam jasad janinnya.
Unitas itu tidak hanya meliputi proses-proses kehidupan yang positif saja, akan tetapi juga menyangkut segi-segi destruktif. Tegasnya, kesejahteraan ibu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah, akan melimpahkan kesejahteraan bagi janinnya. Dan gangguan-gangguan pada diri ibu, baik yang bersifat fisik maupun psikhis (misalnya suatu penyakit yang parah atau gangguan emosional yang serius), akan mengganggu pula kondisi janinnya. Pengaruh prenatal terhadap tingkah laku sesudah dilahirkan ini memang sudah mendapat banyak perhatian para ahli psikologi perkembangan; banyak pula pendapat dan dugaan mengenai hal tersebut. Bahkan, menurut Agus Suyanto (ed) dalam buku Psikologi Kepribadian, mengatakan bahwa pendidikan keluarga sebagai peletak batu pertama pembentukan kepribadian anak.[7]
Selain dari ayat-ayat di atas, pendidikan pra natal juga di jelaskan dalam Hadits Nabi, diantaranya hadits yang berbunyi:
اَلشَّقِىٌّ مِنْ شَقِىٌّ فِى بَطْنِ اُمِّه (رواه مسلم عن عبدالله ابن مسعود)
Artinya: Anak yang celaka adalah anak yang telah mendapatkan kesempitan di masa dalam perut ibunya.

            Kata asy-syaqiyyu mengandung makna umum artinya penyiksaan yang dilakukan dengan sengaja untuk si bayi dalam rahim, tidak mendapat kehidupan yang layak, atau pembunuhan janin, melakukan penyiksaan kepada orang tua hamil yang berdampak  pada bayi, atau melakukan kesalahan dalam hal makanan atau minuman atau penerimaan udara yang dihirup si ibu bayi, dan atau lain-lainnya yang berakibat patal kepada kelangsungan hidup dan kehidupan sang bayi dalam kandungan.
            Hadits di atas menegaskan bahwa apa yang terjadi pada ibu ketika bayi di dalam kandungan sangat berpengaruh terhadap kondisi si bayi,  dan pengaruh itu akan di bawa nanti ketika ia dilahirkan sampai dewasa. Oleh karena itu berdasarkan hadits tersebut maka berarti pendidikan dapat dilakukan sejak manusia dalam kandungan. 
            Beberapa hasil penelitian yang dilakukan  menunjukkan bahwa pemberian pendidikan pra lahir menunjukkan hasil yang signifikan. Penelitian F.Rene Van de Carr dkk, yang dilaksanakan di Bangkok menemukan hasil bahwa: pendidikan pra natal mempercepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh kearah orang tuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa. Disamping itu penelitian tersebut juga menghasilkan temuan bahwa:[8]
1.      Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
2.      Stimulasi pra lahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.
3.      Bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan-gerakan mereka. Selain itu mereka juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah lahir.
4.      Para orang tua yang telah berpartisifasi dalam  program pendidikan pra lahir menggambarkan anaknya
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak dapat  dididik/ diberi stimulus ketika masih dalam kandungan. Anak bisa menerima pendidikan sejak dari dalam kandungan juga didasarkan fase fase pada perkembangan bayi di dalam kandungan.

Dalam pendidikan anak, kondisi psikologis kedua orang tua juga sangat mempengaruhi calon bayi yang akan dilahirkan oleh seorang ibu. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah tentang pentingnya memilih istri dengan mengutamakan agamanya dari pertimbangan lainnya, sebagaimana Rasulullah memberikan petunjuk dalam hadis riwayat Muslim dan Thirmidhi, sebagai berikut; 

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال تنكح المرأة لأربع لمالها و لحسبها و لجمالها و لدينها فاظفر لذات الدين تربت يداك
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW; beliau bersabda: Wanita dinikahi karena empat perkara: kekayaannya, keturunannya, kecantikannya dan keagamaannya. Ambillah yang beragama (maksudnya: mengamalkannya), niscaya anda akan beruntung.” (H.R. Muslim)
      Hadits di atas menegaskan pentingnya seorang ibu memiliki pemahaman dan keimanan  agama Islam yang kuat. Karena seorang anak mulai proses kehamilan, dalam kandungan, dilahirkan kedunia sampai ia dewasa selalu berada dalam lingkungan keluarganya yaitu ayah ibunya. Karena itulah keluarga  sangat menentukan pribadi anak dimasa yang akan datang. Bahkan Rasulullah menegaskan apa yang akan terjadi setelah anak dewasa apa ia menjadi Majusi, apakah ia menjadi Nasrani atau menjadi Yahudi sangat tergantung orang tuanya. Rasulullah bersabda :

     ما من مولود إلا يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه أويمجسانه

Artinya: Tidaklah seorang anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani, atau Majusi.

            Berdasarkan hadits tersebut dapat dinyatakan betapa kuatnya pengaruh kedua orang tua terhadap anaknya. Walaupun Islam menegaskan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, tetapi fitrah itu akan berubah menjadi tidak baik bila ia dibesarkan dalam lingkungan yang buruk dan fitrah itu akan berkembang subur bila ia tumbuh dalam lingkungan yang mendukungnya. Hal ini dapat dipahami karena mulai dalam kandungan anak sudah berinteraksi dengan kedua orang tua sampai ia dewasa interaksi itu setiap saat mempengaruhi dirinya sehingga terbentuk pribadinya.

2. Tujuan, Materi dan Metode Pendidikan Anak Dalam Kandungan
                Sebagai fase awal dari kehidupan manusia, maka tujuan pendidikan dalam kandungan berarti memiliki tujuan yang sama dari pendidikan secara keseluruhan, yaitu membentuk manusia menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.  Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah yang berbunyi:

         أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لآ إله ألا الله و أني محمدا رسول الله

Berdasarkan hadits itu maka kewajiban orang tua meneruskan tugas risalah Rasulullah yaitu menanamkan keimanan pada anaknya sehingga anaknya menjadi orang yang beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah dan melaksanakan seluruh ajaran agama Islam. Pada hadits lainnya Rasulullah menegaskan apa yang harus dikerjakan dalam Islam, apa yang diimani, dan bagaimana hakikat mengimani.

         عن عمربن الخطاب قال بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم أذ طلع علين شديد سواد الشعر لايرى عليه أثرالسفر ولا يعرفه منا احد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فاسند ركبتيه إلى ركبتيه ووضع كفيه على فحديه . وقال : يا محمد أخبرنى عن السلام فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم الإسلام ان تشهد أن لا اله إلا الله و أن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتى الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن الستطعت إليه سبيلا . قال صدقت قال فعجبنا له يساله ويصدقه. قال قأخبرنى عن الإيمان قال أن تؤمن باالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الاحر وتؤمن باقدر خيره وشره قال صدقت. قال فأخبرنى عن الإحسان قال أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه قإنه يرك

Artinya:  Dari Umar bin Khattab ra. Beliau berkata: “Ketika kami bersama Rasulullah saw. Pada suatu hari, datanglah seorang laki-laki yang sangat putih kainnya dan sangat hitam rambutnya. Tiada kelihatan padanya tanda-tanda bekas perjalanan. Dan tiada seorang pun diantara kami yang mengenalnya. Lalu dia duduk dekat Nabi saw. Dan disandarkan lututnya kelutut Nabi, dan diletakkannya kedua tapak tangannya di atas kedua paha beliau. Dia bertanya: “ Hai Muhammad ! Beritakanlah kepadaku tentang Islam !” Rasulullah saw. Menjawab: Islam itu ialah engkau mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasulullah (Utusan Allah ) , engkau kerjakan shalat,engkau bayar zakat, engkau puasa di bulan Ramadhan dan engkau mengunjungi Ka’bah (naik haji) kalau engkau sanggup dating ke  situ” Katanya “ Benar perkataanmu “! Kata Umar: “ Kami merasa heran, karena ia bertanya dan kemudian menyatakan bahwa ucapan Nabi itu benar “. Dia bertanya: Beritakan kepadaku tentang iman! “ Nabi menjawab: “Engkau beriman kepada Allah, MalaikatNya, KitabNya, Rasul-RasulNya, hari akhirat (kiamat) dan engkau mempercayai adanya kadar buruk dan baik.” Katanya:” benar perkataanmu”. Dia bertanya: “ Beritakan kepadaku tentang Ihsan!” Jawab Nabi “ Engkau menyembah Allah, seolah-olah engkau melihatNya. Kalau engkau tidak bisa seolah-olah melihatNya, maka ingatlah bahwa Allah melihat engkau.
            Hadits di atas menjelaskan pokok-pokok ajaran Islam yaitu Islam, Iman dan Ikhsan. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah membentuk manusia yang beriman, berislam dan berikhsan. Hadits di atas  sekaligus menegaskan materi pendidikan yang harus di ajarkan kepada anak didik, termasuk pada anak yang masih dalam kandungan. Jadi materi pendidikan anak dalam kandungan adalah Iman, Islam dan Ikhsan.[9] Oleh karena anak masih dalam kandungan, maka materi tersebut diberikan pada hal-hal yang pokok saja.
            Untuk mencapai tujuan pendidikan bagi anak dalam kandungan, maka diperlukan metode khusus yang berbeda dengan metode mengajar bagi anak yang sudah dilahirkan.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi semua orang (education for all), baik itu laki-laki maupun perempuan,
dan berlangsung sepanjang hayat (long life education).Rasulullah SAW bersabda:
أُطْلُبُوْا العِلْم مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَحْدِ
 Artinya :“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”

Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life education” atau pendidikan seumur hidup. Pendidikan sepanjang hayat dalam islam yang lebih utama ialah menuntut ilmu. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Menuntut ilmu dapat diperoleh dari siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Dengan ilmu manusia dapat menjadi lebih bijaksana dalam hidupnya serta menjadi bekal menuju akhiratnya.






Daftar pustaka
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. cet.2.
Baihaki, Mendidik Anak Dalam Kandungnan Munurut Ajaran Pedagogik Islami, Jakarta, Darul Ulum Press, 2000
F.Rene Van de Carr, MD. & Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Bandung, Kaifa, 2003
Hery Noer Aly dan Munzir. S, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2000.
Mudyaharjo, Redja Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia 2009, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) edisi. 1.
Nata, Abudin, MetodologiStudi Islam, Jakarta: PT. Rajawali Pers. 2011, cet. 18.
Sadulloh,Uyoh,Pengantar Filsafat Pendidikan , Bandung: Alfabeta, 2012, Edisi. 1.
Wahyudin, Dinn dkk, pengantar pendidikan,Jakarta: Universitas Terbuka, 2008cet. 5.




[1]Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia 2009, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) edisi 1,-5, hlm, 169.
[2]Lihat Muhammad Quthub, sistem pendidikan islam. (Bandung: Al-Ma’arif :1984) ,cet. 1, hlm 324-374.
[3]Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan , (Bandung: Alfabeta, 2012), Ed 1, hlm 11.
[4]Lihat Q.S Al-Baqarah, ayat 177.
[5]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), cet ke 2, hlm, 1
[6]Kuntowijoyo, Paradigma Islam Iterpensi untuk Aksi,(Bandung, Mizan, 1991), cet. 1.
[7]Hery Noer Aly dan Munzir. S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm.203

[8] F.Rene Van de Carr, MD. & Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Bandung, Kaifa, 2003, hal. 75
[9]Baihaki, Mendidik Anak Dalam Kandungnan Munurut Ajaran Pedagogik Islami, Jakarta, Darul Ulum Press, 2000, hal. 39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemikiran Hasan Al-Banna dan Sayyid Qutb dalam pendidikan Islam

BAB I PENDAHULUAN       A.   Latar Belakang Masalah Sejarah telah mencatat para generasi dakwah Islam di era modern akan banyak p...