BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia
tidak mampu menciptakan dirinya sendiri, beradanya manusia di Dunia ini bukan
pula hasil evolusi tanpa penciptaan sebagaimana yang diyakini oleh penganut
Evolusionisme, melainkan sebagai cipataan Tuhan yang maha esa. Yang memberikan
manusia akal dan pikiran sehingga dalam hidupnya manusia mempunyai Eksistensi
di Dunia, artinya secara aktif manusia “mengadakan”dirinya, tetapi bukan dalam
arti menciptakan dirinya sebagai mana Tuhan menciptakan manusia, melainkan manusia
harus bertanggung jawab atas keberadaannya sendiri dari sejak dia lahir sampai
dia meninggal. Ia harus bertanggung jawab dan mempunyai sebuah tujuan hidup mau
apa atau menjadi apa kelak. Maka dari itu manusia memerlukan sebuah proses untuk
mencapai tujuanya dengan sebuah media yang disebutpendidikan.
Pendidikan adalah suatu proses
pembelajaran, bimbingan, latiahan yang berupaya menggali dan mengembangkan
potensi yang ada seperti kecerdasan intelektual maupun kecerdasaan spiritual
agar setiap tindakannya dilandasi ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Dengan
pendidikan manusia bisa lebih bijaksana bagaimana dia menjalani hidupnya
sebagai makhluk yang mempunyai budi pekerti yang luhur, yang bersosialisasi
dengan sesamanya. Pendidikan memberikan “Ilmu” pada manusia yang dimana ilmu
tersebut akan menjadi penerang hidup dan dapat mengangkat derajat manusia bila
ia mampu memenfaatkan ilmu yang ia dapatkan dengan sebaik-baiknya.
Didalam
agama Islam pendidikan sangatlah penting keberadaanya karena islam dari awal
kemuculannya memberikan konstribusi besar terhadap peradaban dunia dengan sisi
kesederhanaan, toleransi, dan ilmu pengetahuannya. Maka dari itu setiap umat
islam haruslah menjungjung tinggi nilai-nilai keislaman dan wajib atasnya untuk
menutut ilmu yang berguna sepanjang hayatnya. Sebagaimana Rasulullah
bersabda :
طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas
setiap muslim”. (HR.
Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih
wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Pada dasarnya manusia dilahirkan kealam dunia ini dalam keadaan fitrah atau
suci sesuai dengan hadist Rasululullah Saw, “Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.” Sejak anak dilahirkan ke alam dunia ini sesungguhnya
adalah awal manusia mulai belajar, karena di dalam Islam dikatakan bahwa
manusia itu belajar sejak ia dilahirkan sampai ia masuk kedalam liang lahat.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana Pengertian pendidikan sepanjang hayat ?
2.
Apa saja karakteristik dan faktor faktor yang
mendorong perlunya
pendidikan sepanjang hayat ?
3.
Bagaimana pendidikan pranatal dalam perspektif islam menurut al quran
dan hadist ?
C.
Tujuan Masalah
1. Untuk
Mengetahui Pengertian pendidikan
sepanjang hayat
2.
Untuk Mengetahui apa saja karakteristik dan faktor faktor yang mendorong
perlunya pendidikan sepanjang hayat
3.
Untuk Mengetaui Bagaimana pendidikan pranatal dalam perspektif islam
menurut al quran dan hadist ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
Pendidikan Sepanjang Hayat/Seumur Hidup (PSH) adalah sebuah sistem konsep-konsep
pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan
belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.[1]Pendidikan
sepanjang hayat memandang jauh kedepan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan
masyarakat yang baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat
besar.Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi
orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi dan informasi, yaitu masyarakat
modern.Manusia harus lebih bisa menyesuaikan dirinya secara terus menerus
dengan situasi yang baru.
Pendidikan
sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada
sekolah.Sistem sekolah tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan keehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Kebutuhan
manusia yang sangat meningkat itulah yang memberikan pengaruh besar terhadap
masalah-masalah pendidikan dan proses pendidikan akan terus berjalan sejalan
dengan semua kebutuhan manusia yang semakin meningkat tersebut.
B. KARAKTERISTIK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG
PERLUNYA PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
1. Karakteristik
a. Hidup, seumur hidup,dan pendidikan
merupakan tiga istilah pokok yang menentukan lingkup dan makna pendidikan
sepanjang hayat.
b. Pendidikan tidaklah selesai setelah
berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah proses yang berlangsung
sepanjang hidup.
c. Pendidikan sepanjang hayat tidak
diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi mencangkup dan memadukan
semua tahap pendidikan baik itu pendidikan dasar, menengah, dan sebagainya.
d. Pendidikan sepanjang hayat
mencangkup pola-pola pendidikan formal maupun pola-pola pendidikan non formal,
baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun kegiatan-kegiatan belajar
insedental.
e. Rumah/keluarga memainkan peran
pertama, peranan yang paling halus dan sangat penting dalam memulai proses
belajar seumur hidup.
f. Masyarakat juga memainkan peranan
penting dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Mulai sejak anak-anak mulai
berinteraksi dengan masyarakat, dan terus berlanjut fungsi edukatifnyadalam
keseluruhan hidup, baik dalam bidang profesional maupun umum.
g. Lembaga-lembaga seperti sekolah,
universitas dan pusat latihan tentu memiliki peranan yang penting, tetapi itu
hanya sebuah bentuk dari pendidikan sepanjang hayat.
h. Pendidikan seumur hidup menghendaki
keberlanjutan atau kebersambungannya dimensi-dimensi vertikal atau longitudinal
pendidikan.
i.
Pendidikan seumur hidup juga menghendaki pendidikan dari
setiap tahap hidup sehingga menjadikannya bersifat sebagai pendidikan yang
universal tidak bersifat elitis.
j.
Pendidikan sepanjang hayat memiliki dua komponen besar,
yaitu pendidikan profesional dan pendidikan umum. Kedua komponen tersebut
tidaklah dapat dipisahkan antara satu dan yang lainya, karena saling
berhubungan dan dengan sendirinya bersifat interaktif.
k. Pendidikan seumur hidup mengandung
fungsi-fungsi adaptif dan inovatif dari individu dan masyarakat.
2. Tujuan akhir pendidikan seumur hidup
adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu hidup.
a. Ada tiga syarat utama bagi
pendidikan seumur hidup yaitu: kesempatan, motivasi dan edukabilitas.
b. Pendidikan seumur hidup membolehkan
adanya pola-pola dan bentuk-bentuk alternatif dalam memperoleh pendidikan.
c. Pada tingkat operasional, pendidikan
seumur hidup membentuk sebuah sistem keseluruhan dari semua pendidikan.
3. Perlunya Pendidikan Sepanjang
Hayat
a. Keterbatasan Kemampuan Pendidikan
Sekolah
Pendidikan
sekolah ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat. Terlihat anatara lain dalam
:
a. Banyak lulusan yang tidak dapat
diserap dalam dunia kerja. Yang anatara lain karena mutunya yang rendah.
b. Daya serap yang rata-rata lulusan
sekoah yang masih rendah, karena pelajar tidak dapat belajar optimal.
c. Pelaksanaan pendidikan sekolah tidak
efisien sehingga terjadi penghamburan pendidikan, yang terlihat dari adanya
putus sekolah dan adanya siswa yang mengulang.
Sehingga
pendidikan sekolah saja tidaklah cukup maka diperlukan adanya pendidikan diluar
sekolah.
1. Perubahan Masyrakat dan Peranan
Sosial
Globalisasi
dan pembangunan mengakibatkan perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat
dan ikut mempengaruhi aspek-aspek sosial yang ada.Pendidikan dituntut untuk
dapat membantu individu agar selalu dapat mengikuti, mengontrol, selektif
terhadap perubahan-perubahan sosial yang terjadi sepanjang hidupnya.
2. Pengunaan Sumber daya yang Masih Belum Optimal
Salah
satu masalah pendidikan kita dewasa ini adalah kelangkaan sumber yang mendukung
pelaksanaan pendidikan. Hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Penghematan dan optimalisasi dalam
penggunaan sumber yang telah tersedia bagi pendidikan.
b. Perlunya penggalian sumber-sumber
yang baru yang masih terpendam dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan untuk
memperlancar dan meningkatkat proses pendidikan.
C. PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DALAM ISLAM
Islam
memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi semua orang (education for all), baik itu laki-laki maupun
perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat (long life education).
Rasulullah SAW bersabda:
أُطْلُبُوْا العِلْم مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَحْدِ
“Tuntutlah ilmu sejak dari
buaian sampai liang lahat”
Hadits
tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life education” atau pendidikan
seumur hidup.Kehidupan di dunia ini rupanya tidak sepi dari kegiatan belajar,sejak mulai lahir sampai hidup ini berakhir.Dalam islam pendidikan
telah memiliki rumusan yang jelas baik itu dalam bidang tujuan, kurikulum,
guru, metode, sarana, dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan
pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan surat Al-Alaq. Didalam Al-Qur’an
dapat dijumpai berbagai metode pendidikan seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, nasihat,
demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan, karya wiasata dan lain sebagainya.[2]
Beberapa metode tersebut dapat digunakan
sesuai dengan materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan
tidak membosankan anak didik.Ciri khas dari Pendidikan sepanjang hayat tidak
mengenal istirahat, melainkan berlangsung terus menerus secara terpadu, antara
pendidikan sebelum pendidikan, dengan pendidikan sekolah, dan pendidikan
setelah sekolah (termasuk pendidikan orang dewasa). Begitu pula dalam islam
rencana dalam bidang pendidikan pemikiran manusia telah diatur dalam Al-Qur’an seperti siapa manusia, dari mana manusia,
dan mau kemanamanusia dan serta harus bagaimana manusia harus hidup didunia ini.[3] Pertanyaaan
itulah yang membantu manusia sebagai pelaku pendidikan yang harus terus mencari
arah dan tujuannya sebagai manusia dengan terus belajar sepanjang hayatnya.
Pendidikan
sepanjang hayat dalam islam yang lebih utama ialah menuntut ilmu. Rasulullah
bersabada: “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga keliang
lahat.” Dari Hadist tersebut terlihat jelas bahwa menuntut ilmu
adalah sebuah keharusan yang harus dituntut setiap individu sepanjang
hayatnyadari sejak ia dalam buaian hingga ia meninggal. Baik itu laki-laki, perempuan,
anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua sekalipun proses menuntut ilmu akan
terus berlangsung dalam kehidupan manusia.
D. ILMU, SOSIAL DAN BUDAYA DALAM PENDIDIKAN
ISLAM
Ilmu
pengetahuan dan kebudayaan dalam pendidikan adalah dua hal yang sangat
berpengaruh besar kepada pelakunya, begitu pula dalam ajaran islam ilmu dan
kebudayaan satu sama lain saling mempengaruhi terhadap pendidikan islam.
Karakteristik ajaran islam terhadap ilmu pengatahuan dan kebudayaan bersifat
terbuka, akomodatif, dan selektif. Terbuka dan akomodatif dalam hal ini islam
menerima berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan itu islam juga
selektif, yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu penegetahuan dan
kebudayaan, melainkan islam memilih dan menerima ilmu dan kebudayaan yang
sejalan dengan islam itu sendiri. Sekalipun kita yakini islam itu bukan Timur
dan bukan Barat,[4] ini
tidak berarti kita harus menutup diri dari keduanya. Bagaimanapun, islam adalah
sebuah paradigma yang terbuka. Ia merupakan mata rantai peradaban dunia yang
mewarisi peradaban Yunani-Roma di Barat dan peradaban-peradaban Persia, India,
dan Cina di Timur.
Islam
demikian kuat mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara
menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung dan sebagainya.Islam memandang
menuntut ilmu sama dengan Jihad dijalan Allah. Dengan ilmu penetahuan manusia
dapat meningkatkan kualitas dirinya untuk meraih berbagai peluang dan
kesempatan yang ada. Hal demikian dilakukan islam, karena menurut sejarah pada
saat islam datang ditanah Arab, masalah ilmu pengetahuan milik kaum elit
tertentu yang tidak boleh dibocorkan kepada masyarakat umum. Hal demikian
dilakukan agar masyarakat menjadi bodoh dan gamapang untuk dijajah, diperbudak
dan disimpangkan keyakinanannya serta diadu domba. Disinilah pendidikan di
butuhkan sebagai pemutus hal tersebut dan memajukan kaum muslim sebagai manusia
yang berkualitas sepanjang hayatnya.
Ajaran
islam dan ilmu sosial sangat erat kaitannya sebagai suatu media pendidikan.
Meskipun dasarnya pendidikan itu dimulai dari keluarga, sekolah atau kemudian
di tingakat universitas, tetapi jika dicermati secara lebih dalam
ternyata pendidikan yang berlangsung secara terus menerus itu terjadi
dilingkungan masyarakat yang lebih mempengaruhi kehidupan manusia dengan
mengutamakan peranan sosial didalamnya. Manusia akan cendrung mengikuti
perubahan zaman dan menyesuaikannya sebisa mungkin sehingga pendidikan sosial
sangat penting sebagai pengontrol hidupnya dimasyarakat. Sosiologi dan
pendidikan keduanya mempunyai peranan penting sebagai alat seorang individu
untuk bisa bersosialisasi karena dengan sosiologi pendidikan mampu memandang
dari sudut struktur sosial masyarakat yang merupakan tempat yang paling
berpengaruh berlangsungnya pendidikan sepanjang hayat.
Peranan
sosial yang ada didalam masyrakat diharapkan dapat mendorong dan memelihara
kehidupan serta kemajuan yang ada didalam masyrakat itu sendiri karena pada
umumnya dewasa ini memandang bahwa tujuan pendidikan dimasyarakat pada akhirnya
lebih bersifat sosialistis bukan individualistis.[5]
Dalam
ajaran Islam bidang sosial merupakan bidang yang menonjol karena seluruh ajaran
islam atau ilmu pengetahuan yang dipelajari pada akhirnya ditunjukan untuk
kesejahteraan manusia. Dengan bersosialisasi maka hasil dari pendidikan sangat
mudah untuk diaplikasikan dimana seorang manusia dapat saling tolong menolong,
saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetia kawanan, tenggang rasa, dan
kebersamaan.
Menurut
penelitian, dalam ajaran Islam ternyata urusan muamalah lebih besar daripada
urusan ibadah.Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial
daripada aspek kehidupan ritual. Aspek sosial inilah yang kemudian akan banyak
menuntut seorang pelaku pendidikan untuk merubah pandangan sosial yang dewasa
ini sedang mengalami kemandekan dalam memecahkan berbagai masalah yang ada
dimasyarakat khususnya dalam bidang pendidikan.
Dalam
memecahkan masalah sosial masyarakat membutuhkan ilmu sosial yang tidak hanya
berhenti pada penjelasan fenomena sosial saja, tetapi dapat menyelesaikannya
dengan keseluruhan dan memuaskan. Menurut Kuntowijoyo, ilmu sosial yang paling
tepat ialah ilmu sosial Profetik.[6]Yaitu
ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi
juga memberi petunjuk kearah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan
oleh siapa. Ilmu sosial profetik mampu mengubah fenomena sosial berdasrkan
cita-cita etik dan profetik tertentu.
E.
PENDIDIKAN PRA
NATAL DALAM PERSPEKTIF QUR’AN & HADITS
1. Pengertian pendidikan pranatal
Pendidikan prenatal adalah salah satu upaya persiapan pendidikan
yang dimulai ketika seseorang memilih pasangan hidupnya sampai pada
saat setelah terjadinya pembuahan dalam rahim sang ibu.Tiga konsep besar dalam pendidikan prenatal perlu
dipahami dan dilakukan. Konsep pendidikan prenatal meliputi pra pernikahan,
menikah, kehamilan. Lebih spesifikasi lagi, pendidikan prenatal menekankan
dalam pemilihan jodoh, menikah, perencanaan kehamilan, serta paska melahirkan.
Esensinya, sebuah pernikahan tidak hanya berbicara tentang seks atau perubahan
status sosial saja. Lebih dari itu, penciptaan keluarga kecil bahagia sejahtera
sangat penting untuk diperhatikan.
2. Apakah janin
dalam kandungan bisa menerima pendidikan?
Berdasarkan
penulusuran dari Kitab suci Al-Qur’an dan kumpulan Hadits Rasulullah maka
ditemukan beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis yang membahas tentang pendidikan
dalam kandungan, antara lain: surat Al-A`raf: 172, yang berbunyi:
وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِيٓ
ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ
أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ أَن تَقُولُواْ يَوۡمَ
ٱلۡقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَٰذَا غَٰفِلِينَ ١٧٢
Artinya: Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nyawa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (KeEsaan Tuhan)".(QS. Al-A`raf: 172).
Inilah dalil
Al-Qur`an yang menunjukkan bahwa anak pranatal sudah siap dididik. Karena, ia
sendiri sudah hidup berkat nyawa yang memberi kehidupan kepadanya. Nyawa (ruh?)
itulah yang sesungguhnya responsif, dengan mengikutsertakan janin yang
ditempatinya, terhadap segala rangsangan dari lingkungannya lebih-lebih
terhadap rangsangan-rangsangan yang disusun secara sistematik peadagogis yang
dengan sengaja ditujukan kepadanya.
Setelah manusia
diciptakan oleh Allah, maka tentunya Allah menciptakan manusia itu untuk
mengabdi kepada-Nya. Untuk itu Ia memerintahkan supaya manusia itu beribadat
kepada-Nya.
Agar seorang
anak menjadi taat beribadah dan menjalankan segala perintah Allah, maka
pendidikan agama dalam keluarga bagi anak prenatal menjadi sangat urgens. Hal
ini amat penting diperhatikan, karena pendidikan agama bagi anak prenatal akan
mendasari pendidikan agama anak itu setelah lahir.
Perkembangan
manusia sejak dalam kandungan sesungguhnya dalam Al-Qur`an sangatlah
diperhatikan. Mulai perkembangan sejak janin (embrio) dalam perut ibunya,
perkembangan setelah kelahiran (pasca natal), dan perkembangan indra anak.
Dalam Al-Qur`an
surat Al-Mu`minun: 12-14, dijelaskan sebagai berikut:
وَلَقَدۡ
خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن طِينٖ ١٢ ( ثُمَّ جَعَلۡنَٰهُ نُطۡفَةٗ فِي
قَرَارٖ مَّكِينٖ ١٣ ( ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ عَلَقَةٗ
فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ مُضۡغَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ عِظَٰمٗا فَكَسَوۡنَا
ٱلۡعِظَٰمَ لَحۡمٗا ثُمَّ أَنشَأۡنَٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ
أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ ١٤(
Artinya: "Dan
sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Sesungguhnya Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah,
Pencipta yang Paling Baik". (QS. Al-Mukminun : 40).
Dalam ayat
tersebut di atas, Al-Qur`an secara rinci mengemukakan berbagai fase
perkembangan janin dalam rahim, sejak permulaan kehamilan ketika salah satu sel
sperma yang membuahi ovum sang ibu yang telah matang. Dan
pembuahan itu terbentuklah apa yang disebut dengan benih, atau apa yang oleh
Al-Qur`an disebut "nutfah" (air mani). Kemudian ovum
yang telah dibuahi menjadi banyak dengan cara pembelahan. Jumlah
sel-selnya pun semakin bertambah. Namun pada dua minggu pertama, perubahan yang
terjadi belum begitu terasa. Pada ketika itulah terbentuk apa yang oleh
Al-Qur`an disebut sebagai "alaqah" (segumpal darah)
(Notowidagdo, 1991 : 32). Sedangkan dalam (QS. Az-Zumar/39 : 6) disebutkan juga
sebagai berikut : "…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian
demi kejadian dalam tiga kegelapan …" (QS. Az-Zumar/39 : 6).
Menurut para
ahli tafsir klasik, tiga kegelapan yang dikemukakan Al-Qur`an di atas, ialah
kegelapan perut, kegelapan rahim, kegelapan plasenta. Sedangkan menurut
tafsir-tafsir modern, maksud tegas kegelapan tersebut ialah : ovarium, tuba
fallopi, dan rahim.
Dari uraian
fase perkembangan yang dikemukakan Al-Qur’an di atas, menunjukkan betapa Islam
memperhatikan mengenai urgensi pendidikan prenatal. Sebab, sebagian besar
proses pertumbuhan janin tersebut sangat bergantung pada kondisi internal sang
ibu, yaitu kondisi fisik dan psikhisnya. Ibu dan janin/bakal anak itu merupakan
satu unitas organics yang tunggal. Semua kebutuhan dari
ibu dan bakal anak, dicukupi melalui proses fisiologis yang sama. Substansi
fisi dari ibu mengalir pula ke dalam jasad janinnya.
Unitas itu
tidak hanya meliputi proses-proses kehidupan yang positif saja, akan tetapi
juga menyangkut segi-segi destruktif. Tegasnya, kesejahteraan ibu, baik yang jasmaniah
maupun yang rohaniah, akan melimpahkan kesejahteraan bagi janinnya. Dan
gangguan-gangguan pada diri ibu, baik yang bersifat fisik maupun psikhis
(misalnya suatu penyakit yang parah atau gangguan emosional yang serius), akan
mengganggu pula kondisi janinnya. Pengaruh prenatal terhadap tingkah laku
sesudah dilahirkan ini memang sudah mendapat banyak perhatian para ahli
psikologi perkembangan; banyak pula pendapat dan dugaan mengenai hal tersebut.
Bahkan, menurut Agus Suyanto (ed) dalam buku Psikologi Kepribadian,
mengatakan bahwa pendidikan keluarga sebagai peletak batu pertama pembentukan
kepribadian anak.[7]
Selain dari
ayat-ayat di atas, pendidikan pra natal juga di jelaskan dalam Hadits Nabi,
diantaranya hadits yang berbunyi:
اَلشَّقِىٌّ
مِنْ شَقِىٌّ فِى بَطْنِ اُمِّه (رواه مسلم عن عبدالله ابن مسعود)
Artinya: Anak yang celaka
adalah anak yang telah mendapatkan kesempitan di masa dalam perut ibunya.
Kata asy-syaqiyyu mengandung
makna umum artinya penyiksaan yang dilakukan dengan sengaja untuk si bayi dalam
rahim, tidak mendapat kehidupan yang layak, atau pembunuhan janin, melakukan
penyiksaan kepada orang tua hamil yang berdampak pada bayi, atau melakukan kesalahan dalam hal
makanan atau minuman atau penerimaan udara yang dihirup si ibu bayi, dan atau
lain-lainnya yang berakibat patal kepada kelangsungan hidup dan kehidupan sang
bayi dalam kandungan.
Hadits
di atas menegaskan bahwa apa yang terjadi pada ibu ketika bayi di dalam
kandungan sangat berpengaruh terhadap kondisi si bayi, dan pengaruh
itu akan di bawa nanti ketika ia dilahirkan sampai dewasa. Oleh karena itu
berdasarkan hadits tersebut maka berarti pendidikan dapat dilakukan sejak
manusia dalam kandungan.
Beberapa
hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemberian
pendidikan pra lahir menunjukkan hasil yang signifikan. Penelitian F.Rene Van
de Carr dkk, yang dilaksanakan di Bangkok menemukan hasil bahwa: pendidikan pra
natal mempercepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama,
tersenyum secara spontan, mampu menoleh kearah orang tuanya, lebih tanggap
terhadap musik, dan mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.
Disamping itu penelitian tersebut juga menghasilkan temuan bahwa:[8]
1. Tampaknya
ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia
lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi
otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
2. Stimulasi
pra lahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam
mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.
3. Bayi-bayi
yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol
gerakan-gerakan mereka. Selain itu mereka juga lebih siap menjelajahi dan
mempelajari lingkungan setelah lahir.
4. Para
orang tua yang telah berpartisifasi dalam program pendidikan pra
lahir menggambarkan anaknya
Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak dapat dididik/ diberi
stimulus ketika masih dalam kandungan. Anak bisa menerima pendidikan sejak dari
dalam kandungan juga didasarkan fase fase pada perkembangan bayi di dalam
kandungan.
Dalam
pendidikan anak, kondisi psikologis kedua orang tua juga sangat mempengaruhi
calon bayi yang akan dilahirkan oleh seorang ibu. Hal ini didasarkan pada
hadits Rasulullah tentang pentingnya memilih istri dengan mengutamakan agamanya
dari pertimbangan lainnya, sebagaimana Rasulullah
memberikan petunjuk dalam hadis riwayat Muslim dan Thirmidhi, sebagai
berikut;
عن أبي هريرة رضي الله
عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال تنكح المرأة لأربع لمالها و لحسبها و
لجمالها و لدينها فاظفر لذات الدين تربت يداك
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW; beliau
bersabda: Wanita dinikahi karena empat perkara: kekayaannya, keturunannya,
kecantikannya dan keagamaannya. Ambillah yang beragama (maksudnya:
mengamalkannya), niscaya anda akan beruntung.” (H.R. Muslim)
Hadits
di atas menegaskan pentingnya seorang ibu memiliki pemahaman dan
keimanan agama Islam yang kuat. Karena seorang anak mulai proses
kehamilan, dalam kandungan, dilahirkan kedunia sampai ia dewasa selalu berada
dalam lingkungan keluarganya yaitu ayah ibunya. Karena itulah
keluarga sangat menentukan pribadi anak dimasa yang akan datang.
Bahkan Rasulullah menegaskan apa yang akan terjadi setelah anak dewasa apa ia
menjadi Majusi, apakah ia menjadi Nasrani atau menjadi Yahudi sangat tergantung
orang tuanya. Rasulullah bersabda :
ما من مولود إلا يولد على الفطرة
فأبواه يهودانه وينصرانه أويمجسانه
Artinya: Tidaklah
seorang anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani, atau Majusi.
Berdasarkan
hadits tersebut dapat dinyatakan betapa kuatnya pengaruh kedua orang tua
terhadap anaknya. Walaupun Islam menegaskan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah, tetapi fitrah itu akan berubah menjadi tidak baik bila ia dibesarkan dalam
lingkungan yang buruk dan fitrah itu akan berkembang subur bila ia tumbuh dalam
lingkungan yang mendukungnya. Hal ini dapat dipahami karena mulai dalam
kandungan anak sudah berinteraksi dengan kedua orang tua sampai ia dewasa
interaksi itu setiap saat mempengaruhi dirinya sehingga terbentuk pribadinya.
2. Tujuan,
Materi dan Metode Pendidikan Anak Dalam Kandungan
Sebagai
fase awal dari kehidupan manusia, maka tujuan pendidikan dalam kandungan
berarti memiliki tujuan yang sama dari pendidikan secara keseluruhan, yaitu
membentuk manusia menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah yang berbunyi:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لآ
إله ألا الله و أني محمدا رسول الله
Berdasarkan hadits
itu maka kewajiban orang tua meneruskan tugas risalah Rasulullah yaitu
menanamkan keimanan pada anaknya sehingga anaknya menjadi orang yang beriman
kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah dan melaksanakan seluruh ajaran
agama Islam. Pada hadits lainnya Rasulullah menegaskan apa yang harus
dikerjakan dalam Islam, apa yang diimani, dan bagaimana hakikat mengimani.
عن عمربن الخطاب قال بينما نحن عند
رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم أذ طلع علين شديد سواد الشعر لايرى عليه
أثرالسفر ولا يعرفه منا احد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فاسند ركبتيه
إلى ركبتيه ووضع كفيه على فحديه . وقال : يا محمد أخبرنى عن السلام فقال رسول الله
صلى الله عليه وسلم الإسلام ان تشهد أن لا اله إلا الله و أن محمدا رسول الله
وتقيم الصلاة وتؤتى الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن الستطعت إليه سبيلا .
قال صدقت قال فعجبنا له يساله ويصدقه. قال قأخبرنى عن الإيمان قال أن تؤمن باالله
وملائكته وكتبه ورسله واليوم الاحر وتؤمن باقدر خيره وشره قال صدقت. قال فأخبرنى
عن الإحسان قال أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه قإنه يرك
Artinya: Dari Umar bin Khattab ra. Beliau berkata: “Ketika kami
bersama Rasulullah saw. Pada suatu hari, datanglah seorang laki-laki yang
sangat putih kainnya dan sangat hitam rambutnya. Tiada kelihatan padanya
tanda-tanda bekas perjalanan. Dan tiada seorang pun diantara kami yang
mengenalnya. Lalu dia duduk dekat Nabi saw. Dan disandarkan lututnya kelutut
Nabi, dan diletakkannya kedua tapak tangannya di atas kedua paha beliau. Dia
bertanya: “ Hai Muhammad ! Beritakanlah kepadaku tentang Islam !” Rasulullah saw.
Menjawab: Islam itu ialah engkau mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
bahwa Muhammad itu Rasulullah (Utusan Allah ) , engkau kerjakan shalat,engkau
bayar zakat, engkau puasa di bulan Ramadhan dan engkau mengunjungi Ka’bah (naik
haji) kalau engkau sanggup dating ke situ” Katanya “ Benar
perkataanmu “! Kata Umar: “ Kami merasa heran, karena ia bertanya dan kemudian
menyatakan bahwa ucapan Nabi itu benar “. Dia bertanya: Beritakan
kepadaku tentang iman! “ Nabi menjawab: “Engkau beriman kepada Allah, MalaikatNya,
KitabNya, Rasul-RasulNya, hari akhirat (kiamat) dan engkau mempercayai adanya
kadar buruk dan baik.” Katanya:” benar perkataanmu”. Dia bertanya: “ Beritakan
kepadaku tentang Ihsan!” Jawab Nabi “ Engkau menyembah Allah, seolah-olah
engkau melihatNya. Kalau engkau tidak bisa seolah-olah melihatNya, maka
ingatlah bahwa Allah melihat engkau.
Hadits
di atas menjelaskan pokok-pokok ajaran Islam yaitu Islam, Iman dan Ikhsan.
Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah membentuk manusia yang beriman,
berislam dan berikhsan. Hadits di atas sekaligus menegaskan materi
pendidikan yang harus di ajarkan kepada anak didik, termasuk pada anak yang
masih dalam kandungan. Jadi materi pendidikan anak dalam kandungan adalah Iman,
Islam dan Ikhsan.[9]
Oleh karena anak masih dalam kandungan, maka materi tersebut diberikan pada
hal-hal yang pokok saja.
Untuk
mencapai tujuan pendidikan bagi anak dalam kandungan, maka diperlukan metode
khusus yang berbeda dengan metode mengajar bagi anak yang sudah dilahirkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi semua
orang (education for all), baik itu laki-laki maupun perempuan,
dan berlangsung sepanjang hayat (long life education).Rasulullah SAW
bersabda:
أُطْلُبُوْا العِلْم مِنَ الْمَهْدِ
اِلَى اللَحْدِ
Artinya :“Tuntutlah ilmu sejak
dari buaian sampai liang lahat”
Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan “Long life
education” atau pendidikan seumur hidup. Pendidikan sepanjang hayat dalam islam
yang lebih utama ialah menuntut ilmu. Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi
setiap muslim. Menuntut ilmu dapat diperoleh dari siapa saja, kapan saja dan di
mana saja. Dengan ilmu manusia dapat menjadi lebih bijaksana dalam hidupnya
serta menjadi bekal menuju akhiratnya.
Daftar pustaka
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. cet.2.
Baihaki, Mendidik Anak Dalam Kandungnan Munurut
Ajaran Pedagogik Islami, Jakarta, Darul Ulum Press, 2000
F.Rene Van de Carr, MD. & Marc Lehrer, Cara
Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Bandung, Kaifa, 2003
Hery Noer Aly dan Munzir. S, Watak Pendidikan Islam, Jakarta:
Friska Agung Insani, 2000.
Mudyaharjo, Redja Pengantar Pendidikan, Sebuah
Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di
Indonesia 2009, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) edisi. 1.
Nata, Abudin, MetodologiStudi Islam, Jakarta:
PT. Rajawali Pers. 2011, cet. 18.
Sadulloh,Uyoh,Pengantar Filsafat Pendidikan
, Bandung: Alfabeta, 2012, Edisi. 1.
Wahyudin, Dinn dkk, pengantar pendidikan,Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008cet. 5.
[1]Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah
Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di
Indonesia 2009, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) edisi 1,-5, hlm,
169.
[2]Lihat Muhammad Quthub, sistem pendidikan islam. (Bandung:
Al-Ma’arif :1984) ,cet. 1, hlm 324-374.
[7]Hery Noer Aly dan Munzir. S, Watak Pendidikan Islam,
(Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm.203
[8] F.Rene Van de Carr, MD. & Marc
Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Bandung,
Kaifa, 2003, hal. 75
[9]Baihaki, Mendidik Anak Dalam Kandungnan Munurut
Ajaran Pedagogik Islami, Jakarta, Darul Ulum Press, 2000, hal. 39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar